Monday, February 04, 2008

Love Poems

Although I like writing poems, I never really have the guts to share mine with others. It's funny, since as a teacher of literature, I keep motivating my students to write and share their writings with their friends. The biggest fear is when you fear to fight your fear, and I surely don't want to be one with such fear. So, here they are! For the very first time in my life, I dared to send some of my love poems to a competition. The excitement of sending them to the committee was quite a thrill, although it is "only" a competition held by a tabloid. I don't really care whether I'll win or not, as long as I know now that there are thoughts that need exploring and expressing, so they won't be left as thoughts only.



MENJELANG ULANG TAHUN TANPA DIRIMU

Aku mencintaimu dengan seluruh jiwaku,
tapi cinta ini sering membelenggu sukmaku,
keraguan kerap menyusup ke tulang-tulangku,
bagaikan dingin yang membekukan darah,
kala hujan Januari seperti tak hendak reda.

Aku selalu rindu padamu tanpa tahu waktu,
namun racunnya melumpuhkan syarafku,
melemahkan sendi-sendi gerakku,
seakan hantu-hantu masa lalu,
menyusahkan langkah ke depanku.

Ingin kubuang hati rapuh ini,
kuganti rindu cinta yang melebarkan luka,
terlalu banyak yang aku tak tahu di depanku,
terlalu tebal kabut yang menghalangi jalanku,
tak siap dengan serakan kerikil tajam menghadang.

Ada cinta lain yang sedang kuraih dariNya,
kutenggelamkan sukma-ragaku untuk selalu mendekapNya,
dibuatNya aku mabuk kepayang mereguk arak murniNya,
Sepenuh-penuhnya kupasrahkan diri untukNya,
Kutahu takkan ada janji yang diingkariNya..

Tangisku sepanjang malam,
diusapNya dengan lembut,
dihiburNya kalbuku dengan kalimat-kalimat suciNya,
segala keluhanku didengarNya,
dengan kesabaran sepanjang langit membentang.

Hatiku buatmu yang menjeratku,
takkan kutunggu sampai membusuk,
telah kupinta hati lain yang disinariNya,
semoga tak hanya aku yang bisa lagi terbang bebas,
semoga tak hanya engkau yang tersenyum lepas.

Janganlah tarik aku dari cintaNya,
sudah mencandu rindu hanya untukNya,
genggaman tanganNya tak tertahankan kuatnya,
mendorongku untuk selalu tersenyum,
meski warna langit tak henti berganti rupa.

Karena Dia, cinta ini tak bisa kuukur lagi untukmu
demi diriNya, kupersembahkan rindu hanya untukmu
dalam kesenyapan kupanjatkan kepadaNya,
semoga kepasrahan membawaku,
pada kasih lebih putih untukmu.

(San Marcos, 2 Agustus 2003; di antara sepi yang menenangkan, ditemani kalimat-kalimat suci berkumandang)

+++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++


CINTA YANG MEMBEBASKAN

Ada kenikmatan dalam cinta yang membebaskan,
saat meniti langkah di pematang kehidupan,
berserak kerikil dan onak-onak tajam,
menyeruak di antara hijau dedaunan,
dan kembang musim semi yang bermekaran.

Buku putih penuntun jalanku,
insan hanya bisa ayunkan langkahnya,
mengikuti goresan pena Sang Pengarang,
namun jika langkah teguh ikuti arah,
bahkan kegagalanpun akan terasa nikmatnya.

Kehidupan setelah kehidupan,
kala semuanya ditentukan
di sisi mana kita akan ditempatkan,
dan hanya Dia Pemberi Ridho,
Sang Penentu gerbang yang kan kita lewati.

Maka memintalah selalu kerelaan dariNya,
untuk apapun yang kau bina,
dan Ia kan mengatur segalanya.

2 comments:

my creative forum said...

Poetry, to some extent, is language of soul and consciousness. Throuh a poem, one can express the deepest part of his or her own soul and consciousness. And it flows freely, purely, honestly. Bu Tiwik, that's my impression on your mainstream of consciousness... Gud luck and be a real poet, okay?

phOe^_^T said...

well ma'am you are right...
sometimes we are too afraid to write a poem just because we aren't confident..
but, when we are alone and no one to talk to the only thing we can do is just write or talk to GOD by praying....

the first time i read your title "Ulang Tahun Pertama Tanpa Dirinmu"
my stream of unconsciousness jumped into the memory when i celebrate my 17th birthday without my father because he had passed away 7 months before it...

after i read the whole poem, i know that it's hard for you to not only celebrate but also live without your family...
"dirimu" in your poem can refer to your husband or your child...
but, once again God become The Helper for you...
because God will never leave us..
it's us who sometimes leave him..

(putri ika)
(062154037)