Beberapa kali saya
menerima email senada dari teman atau mantan mahasiswa saya tentang tips persiapan studi ke luar negeri.
Akhirnya saya putuskan untuk menuangkannya dalam satu tulisan. Saya kira kita
semua sudah paham bahwa studi ke luar negeri tidak hanya sekedar mengandalkan
ijazah dan transkrip semata, namun juga kemampuan bahasa yang akan digunakan
sebagai media komunikasi di negara yang dituju. Dan tak kalah pentingnya,
sumber dana yang akan dibidik untuk menopang biaya studi dan biaya hidup.
Pada saat Anda berkeinginan melanjutkan studi ke luar negeri, model perkuliahan seperti apa yang Anda inginkan? Apakah Anda ingin merasakan duduk di bangku kuliah, ataukah ingin langsung terjun menulis tesis, atau mungkin ingin keduanya? Setiap negara dan bahkan universitas memiliki sistem pendidikan yang berbeda bergantung pada jenjang pendidikan yang ingin di tempuh. Studi S2 di Amerika Serikat, misalnya, berlangsung 4 semester, dengan komponen coursework dan pilihan thesis atau non-thesis track. Ini artinya kita bisa memilih menulis tesis atau tidak. Pilihan non-thesis akan menghadapkan kita pada kewajiban untuk membaca sejumlah buku dan mengikuti ujian tentang isi buku-buku tersebut. Sementara itu, thesis track ada seperti halnya skripsi, dengan persyaratan antara 20.000-40.000 kata. Kedua jalur ini tetap mensyaratkan mahasiswa untuk mengikuti comprehensive exam tentang kemampuan analisis dan sintesis dalam bidang sastra, sebelum diijinkan untuk mengajukan ujian thesis atau reading comprehension. Sementara itu, sejauh pengamatan saya tentang studi S2 di Australia, lama waktu antara 1-2 tahun, bergantung program yang diambil. Ada yang ‘hanya’ bersifat coursework, ada yang by research, di mana tidak ada perkuliahan yang wajib diikuti, maupun kombinasi coursework dan thesis.
Hal yang sama juga
berlaku untuk studi jenjang S3. Di Amerika Serikat, kebanyakan studi S3
merupakan kombinasi coursework dan dissertation. Di Australia lain lagi.
Studi PhD yang saat ini saya jalani tidak mewajibkan saya untuk mengambil mata
kuliah apapun. Meskipun begitu, sejak tahun 2012 ini, jenjang S3 sudah
memasukkan komponen coursework selama
2 semester, dan thesis proposal tetap
jalan. Mahasiswa PhD angkatan sebelum 2012 diperkenankan untuk mengikuti kuliah
secara resmi atau memilih untuk audit kelas saja. Apapun model studi yang
ditawarkan, persiapan studi untuk jenjang S3 membutuhkan kerangka proposal
penelitian.
Langkah-langkah apa yang
perlu dipertimbangkan dalam persiapan studi ke luar negeri? Untuk studi di
negara-negara yang berbahasa Inggris (Inggris, Amerika Serikat, Australia, New
Zealand), saya sangat menyarankan agar kemampuan bahasa (Inggris) sudah
memenuhi persyaratan. Berikut ini beberapa tips berdasarkan pengalaman pribadi yang
bisa diikuti, terutama untuk Anda yang ingin memperoleh Letter of Offer lebih dahulu, sebelum kemudian berburu beasiswa.
1.
Mempersiapkan kemampuan bahasa Inggris dengan
mengambil tes yang disyaratkan. Studi ke AS membutuhkan TOEFL (Internet-based, IBT
TOEFL). Kebanyakan universitas di Australia juga menerima skor TOEFL, selain IELTS yang lebih umum digunakan. Carilah informasi tentang skor
minimum yang disyaratkan. Setiap disiplin memiliki persyaratan yang berbeda,
baik untuk overall band maupun untuk
masing-masing skill yang diujikan.
Misalnya, bidang TESOL (pembelajaran
bahasa Inggris) dan Literature
memiliki syarat tinggi, baik untuk overall
band maupun untuk writing skill. Idealnya, skor minimal yang
disyaratkan sudah bisa kita capai dengan bukti hasil tes sekitar 2 bulan
sebelum kita berencana untuk melamar ke universitas yang dituju.
2.
Browsing
informasi tentang disiplin ilmu, jurusan, dan universitas yang diinginkan.
Memilih universitas memang cukup tricky.
Namun ada patokan yang layak dipertimbangkan. The best university is the one
that caters your needs. Universitas terbaik adalah yang paling bisa
memenuhi kebutuhan Anda. Memang akan membanggakan bila kita bisa menembus
universitas terbaik di satu negara, atau yang masuk the Ivy League di perguruan tinggi di AS, seperti Harvard,
Princeton, Yale. Namun bukan berarti bahwa universitas ‘kecil’ atau yang ada di
kota kecil mutunya kurang baik. Boleh dikata tidak ada hubungan antara kota
dengan mutu universitas. Meski begitu, universitas yang lebih 'kecil' (ranking
tidak terlalu tinggi) bisa saja lebih memberikan perhatian kepada mahasiswanya,
karena hubungan antara mahasiswa dengan professor atau dengan staf universitas
bisa lebih dekat. Setidaknya, itu yang saya alami saat studi S2 di Texas State
University-San Marcos. Universitas ini tidak terlalu besar, dan terletak di San
Marcos, kota kecil antara Austin, ibukota Texas, dan San Antonio, kota besar di
mana tim bola basket San Antonio Spurs bermarkas. Di sini, staf di International Office bisa saya kenal
lebih personal selayaknya teman.
Bahkan kantor ini sudah seperti rumah buat saya. Begitu juga dengan staf
administrasi di English Department. Meski begitu, tidak berarti universitas
yang besar kurang memberikan perhatian. Studi S3 saya saat ini di the
University of Melbourne, yang merupakan the no.1 university in Australia,
memberi saya pengalaman komunikasi yang sangat baik dengan kedua supervisor
saya. Yang terasa bedanya adalah interaksi dengan sistem pendukung lain di
universitas. Di Unimelb, pelayanan bagus yang saya terima terasa lebih mengarah
ke profesionalisme. Maklum saja, ini universitas besar di kota besar, di mana
mahasiswa internasional bertebaran dari seluruh penjuru dunia (terutama Asia).
Beda dengan di Texas State University, di mana saya mengenal sebagian besar
mahasiswa internasional di sana. Jadi, kembali ke proses pencarian universitas,
tanyakan pada diri sendiri, seberapa jauh fasilitas, sistem pendidikan yang
ditawarkan, dan sistem pendukung yang lain sesuai dengan kebutuhan Anda.
3.
Pertimbangan lain adalah cuaca dan iklim.
Tanyakan pada diri sendiri apakah Anda ingin sekolah di kota besar yang penuh keramaian
dan dekat dengan pusat-pusat hiburan, ataukah Anda lebih suka tempat yang
tenang, tapi masih bisa akrab dengan tetangga. Ataukah Anda ingin tinggal di
salah satu negara bagian yang cuacanya hangat dan cenderung lebih tropis,
ataukah Anda ingin mendapatkan pengalaman hidup di kota dengan cuaca ekstrim
dengan 4 musim, di mana Anda bisa menikmati indahnya perubahan warna daun di
musim gugur, merasakan dinginnya salju dan udara minus yang mematikan
jari-jari, menyambut berkembangnya bunga di musim semi, dan akhirnya berlindung
dari sengatan 40 derajat Celcius di puncak musim panas? Semua ini menjadi
pertimbangan penting yang bisa menentukan nyaman tidaknya hidup Anda selama 2-4
tahun di negeri orang.
4.
Bila beberapa pilihan sudah ditentukan atau
masuk dalam dalam pertimbangan, sudah saatnya mengirimkan dokumen-dokumen yang
disyaratkan. Studi S2 biasanya tidak membutuhkan research proposal, dan study
objective mungkin sudah cukup, kecuali bila Anda ingin mengambil MA by research, sebagaimana proses untuk
studi S3. Sebagai langkah awal, sebaiknya kita melakukan korespondensi dengan
seorang profesor/senior lecturer di
universitas yang dituju. Kirimkan email tentang niat Anda menempuh studi di
sana dan keinginan untuk dibimbing oleh profesor tersebut. Jangan lupa sertakan
proposal penelitian yang singkat. Korespondensi semacam ini biasanya direspon
cukup cepat. Pengalaman saya, jawaban dari Unimelb dan Monash University saya
terima hanya dalam waktu 1 hari. Tapi ini bukan berarti Anda sudah diterima.
Ini lebih berarti bahwa perjuangan baru dimulai. Biasanya supervisor tersebut
akan menghubungkan kita ke Research
coordinator, yang kemudian akan meminta kita untuk mengirimkan beberapa
syarat awal, antara lain:
- proposal yang lebih lengkap (sekitar 2000 kata,
dengan referensi. Biasanya panduan penulisan research design juga akan
diberikan.
- Salinan Skor TOEFL/IELTS
(untuk proses awal, salinan hasil tes bisa dipakai)
- Salinan Ijazah S1 yang dilegalisir (dan S2,
untuk melamar ke jenjang S3) dan terjemahannya
-
- Salinan transkrip yang dilegalisir dan
terjemahannya
- Sample
writing (contoh tulisan ilmiah kita, untuk mengukur kemampuan menulis
ilmiah dalam Bhs. Inggris).
- Curriculum
vitae
-
Salinan bukti identitas (paspor bila ada)
Bila semua syarat ini sudah
dipertimbangkan dan dianggap memenuhi syarat, maka kita akan diminta untuk
melamar secara formal.
5.
Untuk proses formal
application, Anda memiliki pilihan untuk melakukan sendiri secara online
atau pengiriman dokumen langsung. Di tahap ini, persyaratan lain seperti reference letters dari 2-3 dosen atau
supervisor di jenjang pendidikan sebelumnya juga akan diminta untuk dilengkapi.
Untuk menjalani proses aplikasi secara resmi,
Anda bisa memilih melakukannya sendiri atau menggunakan jasa lembaga
konsultan pendidikan yang resmi dan terpercaya. Dari pengalaman saya, lebih
nyaman menggunakan jasa konsultan sejak awal proses aplikasi formal sampai
proses keberangkatan. Enaknya, saya tidak perlu bayar apa-apa untuk semua
bantuan yang saya peroleh, kecuali yang memang harus dibayar seperti legalisir
dokumen. Selain itu, konsultan pendidikan yang saya pakai juga sudah memiliki link dengan banyak universitas. Ini
menguntungkan, karena biaya aplikasi bisa digratiskan (bila mengurus sendiri,
perlu biaya 100 dolar). Apapun pilihan Anda, pastikan bahwa semua dokumen yang
diminta sudah Anda siapkan. Siapkan dokumen yang sama dengan yang dikirim
langsung ke Research coordinator pada
saat proses awal, dan lengkapi yang masih kurang, misalnya:
- Hasil tes TOEFL/IELTS yang asli (dan copy yang
dilegalisir). Hasil tes yang asli bisa juga dikirimkan langsung ke universitas
yang dituju, saat kita mengikuti tes tersebut. Peserta tes bisa memperoleh 2
dokumen asli (1 untuk diri sendiri, 2 untuk dikirimkan ke 2 universitas yang
dituju)
- Pas foto.
Anda
tetap perlu memberikan berkas-berkas yang sama untuk proses aplikasi resmi,
karena berkas-berkas ini akan dikirimkan ke International Office untuk diproses
secara administratif. Nantinya dokumen Anda juga akan dinilai oleh tim asesmen
di jurusan yang Anda tuju. Dengan begitu, proses bisa berjalan lebih lancar.
6.
Semua berkas sudah terkirim. Apa langkah
berikutnya? Kini saatnya menunggu dengan
harap-harap cemas untuk memperoleh Letter
of Offer (LO). Masa tunggu
bervariasi, dari 1-6 bulan. Itulah sebabnya persiapan dokumen perlu dilakukan
lebih awal, terutama bila kita sedang mengejar beasiswa-beasiswa tertentu yang
juga memiliki deadline. Misalnya
Fulbright punya deadline di bulan
April, Endeavour Award di bulan Juli, ADS di bulan Agustus, dan Dikti (dengan 2-3
batches/tahun) memiliki beberapa
tenggat waktu.
7.
Sambil menunggu datangnya LO, Anda perlu
mempersiapkan proses berburu beasiswa. Sekarang ini, semakin banyak beasiswa
yang tersedia untuk belajar ke luar negeri. Untuk belajar ke AS, Anda bisa mempertimbangkan
beasiswa Fulbright yang sangat prestisius. Bila Anda ingin merambah ke negeri
kangguru, ada ADS, ALA, dan Endeavour Award yang bisa dicoba. Bila ingin ke
Inggris, beasiswa Chevening menanti aplikasi Anda. Belum lagi beasiswa dari
negara-negara maju lain seperti Jepang, Jerman, Belanda, dsb. Selain itu,
bukalah kemungkinan untuk menembus beasiswa dari universitas yang Anda tuju.
Universitas besar biasanya memiliki banyak dana untuk pengembangan riset, dan
salah satunya untuk membiayai studi S3. Setiap beasiswa memiliki persyaratan
dan model tunjangan yang berbeda pula. Hal ini berdasarkan pengalaman saya
sendiri. Saat menempuh S2 yang kedua di bidang Literature di Texas State University-San Marcos, Amerika Serikat,
saya mendapatkan beasiswa Fulbright.
Di scheme beasiswa Fulbright ini, semua biaya mulai
pengurusan paspor, visa, tiket, asuransi kesehatan, SPP, dan biaya hidup. Untuk
studi S3 saya kali ini, beasiswa saya peroleh dari kampus Unimelb, dan mencakup
bebas SPP dan biaya hidup. Urusan paspor, visa, tiket, dan asuransi ditanggung
pribadi. Alhamdulillah, saya memperoleh bantuan dana dari Unesa untuk
meringankan biaya persiapan keberangkatan.
8.
Kembali ke urusan LO, ada kalanya pihak
universitas mengeluarkan conditional LO. Ini
berarti bahwa ada syarat yang perlu dilengkapi, misalnya nilai TOEFL/IELTS masih kurang, tapi kita
sudah mendapatkan tempat di bidang studi yang dituju. Dari pengalaman pribadi,
saya harus menunggu mulai bulan Maret sampai Oktober untuk menerima LO. Deadline beasiswa Endeavour dan Dikti yang saya harapkan
sudah lewat, meskipun proses aplikasi sebenarnya sudah saya lakukan. Namun penantian panjang selalu ada hikmahnya.
Karena semua persyaratan yang saya kirimkan lengkap dan memenuhi syarat, saya
langsung memperoleh Unconditional LO,
alias diterima tanpa syarat. Yang
lebih menggembirakan, ternyata unconditional
LO merupakan syarat untuk dipertimbangkan di scheme beasiswa dari universitas. Sebenarnya saya tidak mengajukan
permohonan beasiswa dari Unimelb (lebih karena tidak tahu). Itu sebabnya saya
kaget campur girang ketika ditawari beasiswa Melbourne International Research Scholarship (MIRS) yang meng-cover biaya hidup penuh dan Melbourne International Fee Remission Scholarship
(MIFRS) yang membebaskan saya dari kewajiban membayar SPP.
9.
Bila LO sudah diterima, dan beasiswa sudah
jelas, maka langkah selanjutnya lebih ringan. Kita perlu menyatakan bahwa kita
menerima tawaran studi dan beasiswa tersebut. Keduanya merupakan hal yang
berbeda. Tawaran penerimaan beasiswa hanya punya tenggat waktu 2 minggu-1
bulan, dengan mengirimkan form isian Scholarship
Acceptance Form. Sedangkan untuk menyatakan secara resmi bahwa Anda
menerima tawaran studi, Anda harus membayar asuransi kesehatan, kemudian pihak
universitas akan mengeluarkan Confirmation
of Enrolment (CoE). Surat ini nantinya akan menjadi syarat pengajuan visa
ke kedutaan besar.
Dari pengalaman persiapan studi di atas, saya sangat
menyarankan teman-teman untuk melengkapi semua persyaratan dan memenuhi semua
kualifikasi pada saat formal application.
Implikasinya ternyata cukup signifikan di kemudian hari, untuk mengatasi
melesetnya beasiswa yang diharapkan. Beasiswa dari universitas cukup bergengsi,
karena standar kualifikasinya tinggi. Biaya hidup langsung ditransfer ke
rekening kita setiap dua minggu sekali. Jumlah yang kita terima juga cukup
untuk hidup sederhana. Selain itu, dengan status sebagai research student, banyak kemudahan yang bisa kita dapatkan. Saat
ini, saya studi dengan membawa serta dua anak saya. Dengan status tersebut,
anak saya yang pertama masuk SMA dan
memperoleh bebas SPP. Selain itu, anak yang kedua masuk Child Care, dan sekitar 70 persen biayanya ditanggung pemerintah
Australia, melalui tunjangan Child Care
Benefit dan Child Care Rebate. Intinya, selalu ada jalan untuk menyiasati biaya
hidup yang cukup mahal di Melbourne ini. Tentunya bisa saja nanti mencari
tambahan uang saku dengan kerja part-time
atau casual. Cukup mudah mencari
pekerjaan sambilan di Melbourne ini. Namun bila manajemen waktu antara studi
dan keluarga sudah membuat kita jungkir balik, tanpa bekerjapun, beasiswa masih
cukup untuk hidup hemat a la keluarga Indonesia, asalkan mau masak sendiri dan
tidak tergoda shopping barang-barang
bermerk.
Langkah-langkah di atas bisa bermanfaat untuk Anda yang
ingin memperoleh LO sebagai syarat beasiswa. Namun tentu saja langkah bisa
berbeda bila Anda memang membidik beasiswa yang bisa mengurusi semuanya dari
awal, termasuk pencarian universitas. Setidaknya, itu yang saya alami saat
memperoleh beasiswa Fulbright dulu.
Nah, bila Anda sudah ancang-ancang studi ke luar negeri, selamat berburu universitas dan beasiswa.
3 comments:
Wah, terima kasih atas tulisannya yg sgt informatif mb :P
Kebetulan saat ini sy berniat apply ADS ke Unimelb bidang forestry (s2 by course work). Setelah tahu ada MIRS jadi smkin yakin utk milih Unimelb jadi pilihan pertama. hehehee
wah, tulisannya bagus sekali ya..
bagi contoh cv dan proposal master diluar negeri ya mbak..
terima kasih
Post a Comment