Wednesday, April 11, 2012

Ingin studi ke Luar Negeri?

Beberapa kali saya menerima email senada dari teman atau mantan mahasiswa saya tentang tips persiapan studi ke luar negeri. Akhirnya saya putuskan untuk menuangkannya dalam satu tulisan. Saya kira kita semua sudah paham bahwa studi ke luar negeri tidak hanya sekedar mengandalkan ijazah dan transkrip semata, namun juga kemampuan bahasa yang akan digunakan sebagai media komunikasi di negara yang dituju. Dan tak kalah pentingnya, sumber dana yang akan dibidik untuk menopang biaya studi dan biaya hidup.

Pada saat Anda berkeinginan melanjutkan studi ke luar negeri, model perkuliahan seperti apa yang Anda inginkan? Apakah Anda ingin merasakan duduk di bangku kuliah, ataukah ingin langsung terjun menulis tesis, atau mungkin ingin keduanya? Setiap negara dan bahkan universitas memiliki sistem pendidikan yang berbeda bergantung pada jenjang pendidikan yang ingin di tempuh. Studi S2 di Amerika Serikat, misalnya, berlangsung 4 semester, dengan komponen coursework dan pilihan thesis atau non-thesis track. Ini artinya kita bisa memilih menulis tesis atau tidak.  Pilihan non-thesis akan menghadapkan kita pada kewajiban untuk membaca sejumlah buku dan mengikuti ujian tentang isi buku-buku tersebut. Sementara itu, thesis track ada seperti halnya skripsi, dengan persyaratan antara 20.000-40.000 kata. Kedua jalur ini tetap mensyaratkan mahasiswa untuk mengikuti comprehensive exam tentang kemampuan analisis dan sintesis dalam bidang sastra, sebelum diijinkan untuk mengajukan ujian thesis atau reading comprehension.  Sementara itu, sejauh pengamatan saya tentang studi S2 di Australia,  lama waktu antara 1-2 tahun, bergantung program yang diambil. Ada yang ‘hanya’ bersifat coursework, ada yang by research, di mana tidak ada perkuliahan yang wajib diikuti, maupun kombinasi coursework dan thesis.

Hal yang sama juga berlaku untuk studi jenjang S3. Di Amerika Serikat, kebanyakan studi S3 merupakan kombinasi coursework dan dissertation. Di Australia lain lagi. Studi PhD yang saat ini saya jalani tidak mewajibkan saya untuk mengambil mata kuliah apapun. Meskipun begitu, sejak tahun 2012 ini, jenjang S3 sudah memasukkan komponen coursework selama 2 semester, dan thesis proposal tetap jalan. Mahasiswa PhD angkatan sebelum 2012 diperkenankan untuk mengikuti kuliah secara resmi atau memilih untuk audit kelas saja. Apapun model studi yang ditawarkan, persiapan studi untuk jenjang S3 membutuhkan kerangka proposal penelitian.

Langkah-langkah apa yang perlu dipertimbangkan dalam persiapan studi ke luar negeri? Untuk studi di negara-negara yang berbahasa Inggris (Inggris, Amerika Serikat, Australia, New Zealand), saya sangat menyarankan agar kemampuan bahasa (Inggris) sudah memenuhi persyaratan. Berikut ini beberapa tips berdasarkan pengalaman pribadi yang bisa diikuti, terutama untuk Anda yang ingin memperoleh Letter of Offer lebih dahulu, sebelum kemudian berburu beasiswa. 

1.       Mempersiapkan kemampuan bahasa Inggris dengan mengambil tes yang disyaratkan. Studi ke AS membutuhkan TOEFL (Internet-based, IBT TOEFL). Kebanyakan universitas di Australia juga menerima skor TOEFL, selain IELTS yang lebih umum digunakan. Carilah informasi tentang skor minimum yang disyaratkan. Setiap disiplin memiliki persyaratan yang berbeda, baik untuk overall band maupun untuk masing-masing skill yang diujikan. Misalnya, bidang TESOL (pembelajaran bahasa Inggris) dan Literature memiliki syarat tinggi, baik untuk overall band maupun untuk writing skill. Idealnya, skor minimal yang disyaratkan sudah bisa kita capai dengan bukti hasil tes sekitar 2 bulan sebelum kita berencana untuk melamar ke universitas yang dituju.

2.       Browsing informasi tentang disiplin ilmu, jurusan, dan universitas yang diinginkan. Memilih universitas memang cukup tricky. Namun ada patokan yang layak dipertimbangkan. The best university is the one that caters your needs. Universitas terbaik adalah yang paling bisa memenuhi kebutuhan Anda. Memang akan membanggakan bila kita bisa menembus universitas terbaik di satu negara, atau yang masuk the Ivy League di perguruan tinggi di AS, seperti Harvard, Princeton, Yale. Namun bukan berarti bahwa universitas ‘kecil’ atau yang ada di kota kecil mutunya kurang baik. Boleh dikata tidak ada hubungan antara kota dengan mutu universitas. Meski begitu, universitas yang lebih 'kecil' (ranking tidak terlalu tinggi) bisa saja lebih memberikan perhatian kepada mahasiswanya, karena hubungan antara mahasiswa dengan professor atau dengan staf universitas bisa lebih dekat. Setidaknya, itu yang saya alami saat studi S2 di Texas State University-San Marcos. Universitas ini tidak terlalu besar, dan terletak di San Marcos, kota kecil antara Austin, ibukota Texas, dan San Antonio, kota besar di mana tim bola basket San Antonio Spurs bermarkas. Di sini, staf di International Office bisa saya kenal lebih personal selayaknya teman. Bahkan kantor ini sudah seperti rumah buat saya. Begitu juga dengan staf administrasi di English Department. Meski begitu, tidak berarti universitas yang besar kurang memberikan perhatian. Studi S3 saya saat ini di the University of Melbourne, yang merupakan the no.1 university in Australia, memberi saya pengalaman komunikasi yang sangat baik dengan kedua supervisor saya. Yang terasa bedanya adalah interaksi dengan sistem pendukung lain di universitas. Di Unimelb, pelayanan bagus yang saya terima terasa lebih mengarah ke profesionalisme. Maklum saja, ini universitas besar di kota besar, di mana mahasiswa internasional bertebaran dari seluruh penjuru dunia (terutama Asia). Beda dengan di Texas State University, di mana saya mengenal sebagian besar mahasiswa internasional di sana. Jadi, kembali ke proses pencarian universitas, tanyakan pada diri sendiri, seberapa jauh fasilitas, sistem pendidikan yang ditawarkan, dan sistem pendukung yang lain sesuai dengan kebutuhan Anda.

3.       Pertimbangan lain adalah cuaca dan iklim. Tanyakan pada diri sendiri apakah Anda ingin sekolah di kota besar yang penuh keramaian dan dekat dengan pusat-pusat hiburan, ataukah Anda lebih suka tempat yang tenang, tapi masih bisa akrab dengan tetangga. Ataukah Anda ingin tinggal di salah satu negara bagian yang cuacanya hangat dan cenderung lebih tropis, ataukah Anda ingin mendapatkan pengalaman hidup di kota dengan cuaca ekstrim dengan 4 musim, di mana Anda bisa menikmati indahnya perubahan warna daun di musim gugur, merasakan dinginnya salju dan udara minus yang mematikan jari-jari, menyambut berkembangnya bunga di musim semi, dan akhirnya berlindung dari sengatan 40 derajat Celcius di puncak musim panas? Semua ini menjadi pertimbangan penting yang bisa menentukan nyaman tidaknya hidup Anda selama 2-4 tahun di negeri orang.

4.       Bila beberapa pilihan sudah ditentukan atau masuk dalam dalam pertimbangan, sudah saatnya mengirimkan dokumen-dokumen yang disyaratkan. Studi S2 biasanya tidak membutuhkan research proposal, dan study objective mungkin sudah cukup, kecuali bila Anda ingin mengambil MA by research, sebagaimana proses untuk studi S3. Sebagai langkah awal, sebaiknya kita melakukan korespondensi dengan seorang profesor/senior lecturer di universitas yang dituju. Kirimkan email tentang niat Anda menempuh studi di sana dan keinginan untuk dibimbing oleh profesor tersebut. Jangan lupa sertakan proposal penelitian yang singkat. Korespondensi semacam ini biasanya direspon cukup cepat. Pengalaman saya, jawaban dari Unimelb dan Monash University saya terima hanya dalam waktu 1 hari. Tapi ini bukan berarti Anda sudah diterima. Ini lebih berarti bahwa perjuangan baru dimulai. Biasanya supervisor tersebut akan menghubungkan kita ke Research coordinator, yang kemudian akan meminta kita untuk mengirimkan beberapa syarat awal, antara lain:
      -  proposal yang lebih lengkap (sekitar 2000 kata, dengan referensi. Biasanya panduan penulisan research design juga akan diberikan.
            -  Salinan Skor TOEFL/IELTS (untuk proses awal, salinan hasil tes bisa dipakai)
            -  Salinan Ijazah S1 yang dilegalisir (dan S2, untuk melamar ke jenjang S3) dan terjemahannya
-                     -  Salinan transkrip yang dilegalisir dan terjemahannya
            -  Sample writing (contoh tulisan ilmiah kita, untuk mengukur kemampuan menulis ilmiah dalam Bhs. Inggris).
            - Curriculum vitae
            -  Salinan bukti identitas (paspor bila ada)
Bila semua syarat ini sudah dipertimbangkan dan dianggap memenuhi syarat, maka kita akan diminta untuk melamar secara formal.

5.       Untuk proses formal application, Anda memiliki pilihan untuk melakukan sendiri secara online atau pengiriman dokumen langsung. Di tahap ini, persyaratan lain seperti reference letters dari 2-3 dosen atau supervisor di jenjang pendidikan sebelumnya juga akan diminta untuk dilengkapi. Untuk menjalani proses aplikasi secara resmi,  Anda bisa memilih melakukannya sendiri atau menggunakan jasa lembaga konsultan pendidikan yang resmi dan terpercaya. Dari pengalaman saya, lebih nyaman menggunakan jasa konsultan sejak awal proses aplikasi formal sampai proses keberangkatan. Enaknya, saya tidak perlu bayar apa-apa untuk semua bantuan yang saya peroleh, kecuali yang memang harus dibayar seperti legalisir dokumen. Selain itu, konsultan pendidikan yang saya pakai juga sudah memiliki link dengan banyak universitas. Ini menguntungkan, karena biaya aplikasi bisa digratiskan (bila mengurus sendiri, perlu biaya 100 dolar). Apapun pilihan Anda, pastikan bahwa semua dokumen yang diminta sudah Anda siapkan. Siapkan dokumen yang sama dengan yang dikirim langsung ke Research coordinator pada saat proses awal, dan lengkapi yang masih kurang, misalnya: 
            -  Hasil tes TOEFL/IELTS yang asli (dan copy yang dilegalisir). Hasil tes yang asli bisa juga dikirimkan langsung ke universitas yang dituju, saat kita mengikuti tes tersebut. Peserta tes bisa memperoleh 2 dokumen asli (1 untuk diri sendiri, 2 untuk dikirimkan ke 2 universitas yang dituju)
            - Pas foto.
Anda tetap perlu memberikan berkas-berkas yang sama untuk proses aplikasi resmi, karena berkas-berkas ini akan dikirimkan ke International Office untuk diproses secara administratif. Nantinya dokumen Anda juga akan dinilai oleh tim asesmen di jurusan yang Anda tuju. Dengan begitu, proses bisa berjalan lebih lancar.

6.       Semua berkas sudah terkirim. Apa langkah berikutnya?  Kini saatnya menunggu dengan harap-harap cemas untuk memperoleh Letter of Offer (LO). Masa tunggu bervariasi, dari 1-6 bulan. Itulah sebabnya persiapan dokumen perlu dilakukan lebih awal, terutama bila kita sedang mengejar beasiswa-beasiswa tertentu yang juga memiliki deadline. Misalnya Fulbright punya deadline di bulan April, Endeavour Award di bulan Juli, ADS di bulan Agustus, dan Dikti (dengan 2-3 batches/tahun) memiliki beberapa tenggat waktu.

7.       Sambil menunggu datangnya LO, Anda perlu mempersiapkan proses berburu beasiswa. Sekarang ini, semakin banyak beasiswa yang tersedia untuk belajar ke luar negeri. Untuk belajar ke AS, Anda bisa mempertimbangkan beasiswa Fulbright yang sangat prestisius. Bila Anda ingin merambah ke negeri kangguru, ada ADS, ALA, dan Endeavour Award yang bisa dicoba. Bila ingin ke Inggris, beasiswa Chevening menanti aplikasi Anda. Belum lagi beasiswa dari negara-negara maju lain seperti Jepang, Jerman, Belanda, dsb. Selain itu, bukalah kemungkinan untuk menembus beasiswa dari universitas yang Anda tuju. Universitas besar biasanya memiliki banyak dana untuk pengembangan riset, dan salah satunya untuk membiayai studi S3. Setiap beasiswa memiliki persyaratan dan model tunjangan yang berbeda pula. Hal ini berdasarkan pengalaman saya sendiri. Saat menempuh S2 yang kedua di bidang Literature di Texas State University-San Marcos, Amerika Serikat, saya mendapatkan beasiswa Fulbright. Di scheme beasiswa Fulbright ini, semua biaya mulai pengurusan paspor, visa, tiket, asuransi kesehatan, SPP, dan biaya hidup. Untuk studi S3 saya kali ini, beasiswa saya peroleh dari kampus Unimelb, dan mencakup bebas SPP dan biaya hidup. Urusan paspor, visa, tiket, dan asuransi ditanggung pribadi. Alhamdulillah, saya memperoleh bantuan dana dari Unesa untuk meringankan biaya persiapan keberangkatan.

8.       Kembali ke urusan LO, ada kalanya pihak universitas mengeluarkan conditional LO. Ini berarti bahwa ada syarat yang perlu dilengkapi, misalnya nilai TOEFL/IELTS masih kurang, tapi kita sudah mendapatkan tempat di bidang studi yang dituju. Dari pengalaman pribadi, saya harus menunggu mulai bulan Maret sampai Oktober untuk menerima LO. Deadline beasiswa Endeavour dan Dikti yang saya harapkan sudah lewat, meskipun proses aplikasi sebenarnya sudah saya lakukan.  Namun penantian panjang selalu ada hikmahnya. Karena semua persyaratan yang saya kirimkan lengkap dan memenuhi syarat, saya langsung memperoleh Unconditional LO, alias diterima tanpa syarat. Yang lebih menggembirakan, ternyata unconditional LO merupakan syarat untuk dipertimbangkan di scheme beasiswa dari universitas. Sebenarnya saya tidak mengajukan permohonan beasiswa dari Unimelb (lebih karena tidak tahu). Itu sebabnya saya kaget campur girang ketika ditawari beasiswa Melbourne International Research Scholarship (MIRS) yang meng-cover biaya hidup penuh dan Melbourne International Fee Remission Scholarship (MIFRS) yang membebaskan saya dari kewajiban membayar SPP.

9.       Bila LO sudah diterima, dan beasiswa sudah jelas, maka langkah selanjutnya lebih ringan. Kita perlu menyatakan bahwa kita menerima tawaran studi dan beasiswa tersebut. Keduanya merupakan hal yang berbeda. Tawaran penerimaan beasiswa hanya punya tenggat waktu 2 minggu-1 bulan, dengan mengirimkan form isian Scholarship Acceptance Form. Sedangkan untuk menyatakan secara resmi bahwa Anda menerima tawaran studi, Anda harus membayar asuransi kesehatan, kemudian pihak universitas akan mengeluarkan Confirmation of Enrolment (CoE). Surat ini nantinya akan menjadi syarat pengajuan visa ke kedutaan besar.

Dari pengalaman persiapan studi di atas, saya sangat menyarankan teman-teman untuk melengkapi semua persyaratan dan memenuhi semua kualifikasi pada saat formal application. Implikasinya ternyata cukup signifikan di kemudian hari, untuk mengatasi melesetnya beasiswa yang diharapkan. Beasiswa dari universitas cukup bergengsi, karena standar kualifikasinya tinggi. Biaya hidup langsung ditransfer ke rekening kita setiap dua minggu sekali. Jumlah yang kita terima juga cukup untuk hidup sederhana. Selain itu, dengan status sebagai research student, banyak kemudahan yang bisa kita dapatkan. Saat ini, saya studi dengan membawa serta dua anak saya. Dengan status tersebut, anak saya yang pertama masuk SMA  dan memperoleh bebas SPP. Selain itu, anak yang kedua masuk Child Care, dan sekitar 70 persen biayanya ditanggung pemerintah Australia, melalui tunjangan Child Care Benefit dan Child Care Rebate. Intinya, selalu ada jalan untuk menyiasati biaya hidup yang cukup mahal di Melbourne ini. Tentunya bisa saja nanti mencari tambahan uang saku dengan kerja part-time atau casual. Cukup mudah mencari pekerjaan sambilan di Melbourne ini. Namun bila manajemen waktu antara studi dan keluarga sudah membuat kita jungkir balik, tanpa bekerjapun, beasiswa masih cukup untuk hidup hemat a la keluarga Indonesia, asalkan mau masak sendiri dan tidak tergoda shopping barang-barang bermerk.

Langkah-langkah di atas bisa bermanfaat untuk Anda yang ingin memperoleh LO sebagai syarat beasiswa. Namun tentu saja langkah bisa berbeda bila Anda memang membidik beasiswa yang bisa mengurusi semuanya dari awal, termasuk pencarian universitas. Setidaknya, itu yang saya alami saat memperoleh beasiswa Fulbright dulu.
 
Nah, bila Anda sudah ancang-ancang studi ke luar negeri, selamat berburu universitas dan beasiswa.

3 comments:

Unknown said...
This comment has been removed by the author.
Unknown said...

Wah, terima kasih atas tulisannya yg sgt informatif mb :P
Kebetulan saat ini sy berniat apply ADS ke Unimelb bidang forestry (s2 by course work). Setelah tahu ada MIRS jadi smkin yakin utk milih Unimelb jadi pilihan pertama. hehehee

Unknown said...

wah, tulisannya bagus sekali ya..
bagi contoh cv dan proposal master diluar negeri ya mbak..
terima kasih