Friday, January 04, 2013

Hong Kong, I'm Coming

Saya sedang berada di ruang tunggu bandara Internasional Juanda. Pagi ini insya Allah saya akan terbang menuju negeri beton, Hong Kong. Pesawat Cathay Pacific dengan nomor penerbangan CX 780 L dijadwalkan take off pukul 08.15 WIB.

Saat mau check in tadi, saya sudah merasakan aroma yang beda. Ketika koper saya geret menuju check-in counter, seorang petugas mencegat saya. "Mbak, mbak, kesana dulu, ke security." Tidak kasar memang, tapi tanpa sapaan. Saya berterima kasih, dan langsung menuju ke petugas security. "Tolong tiket dan paspornya mbak," ujar petugas di situ. Saya sapa dia, "pagi pak," sambil mengeluarkan paspor biru saya. Dalam hitungan detik, petugas mengubah nada bicaranya, "pagi bu, mau ke Hong Kong?. Aku mengiyakan, sambil membatin, kalau paspor saya berwarna hijau, apa mungkin nada bicaranya berubah ya.

Urusan check in dan imigrasi akhirnya lancar jaya. Nampaknya warna biru paspor saya sakti. Saya sebenarnya sempat khawatir akan dimintai exit perrmit. Pemegang paspor dinas malah cenderung ribet kalau harus ke luar negeri. Saya ditanya ke HK untuk urusan apa. Saya bilang aja liburan sambil mengeluarkan surat keterangan dari KJRI Melbourne. Paspor diibuka-buka oleh petugas imigrasi, dan malah dia kemudian bertanya berapa lama perpanjangan paspor dinas saya di KJRI Melbourne. Malah dicurhati bahwa paspor dia lama banget proses perpanjangannya. DOK! Sahlah keberangkatan saya ke Hong Kong, dengan stempel imigrasi.

Menuju ruang tunggu di gate 10, tidak terlalu ramai. Praktis sebagian besar calon penumpang adalah buruh migran. Ada yang berombongan kecil dengan jaket seragam. Biasanya mereka baru pertama kali berangkat. Seorang perempuan muda duduk di samping saya. Sambil tersenyum, dia bertanya, "ke Hong Kong mbak?" Saya mengangguk. "Lagi cuti?, tanya dia lagi. Hmm, penampilan saya yang amat biasa meski rapi jali ternyata kalah dengan beberapa di antara calon penumpang. Saya bilang kalau ada dinas dari kantor. Di samping kanan saya ada mbak lain.  Dia necis dengan boots-nya, sambil berbicara lancar dalam Bahasa Inggris di telpon. Cukup lama. Dari hasil nguping, saya bisa menduga bahwa dia juga BMI.

Saya mulai 'jail.' Mbak yang duduk di kiri saya mulai saya ajak ngobrol. Mbak Marni namanya, dari Ponorogo. Pulang cuti 2 minggu, dan kembali untuk kontrak kedua, dengan majikan yang sama. 

"Tadi ditanya KTKLN mbak?," tanya saya. Dia menggeleng, dan menjelaskan lancarnya urusan. Hanya dengan paspor dan tiket, dia sudah melenggang.

"Bagus kalau begitu," jawab saya. Saya ikuti di media, peraturan baru tentang KTKLN yang berfungsi sebagai ID card untuk BMI sering jadi alasan untuk pungli oknum imigrasi bila BMI tidak memilikinya. 

Saya lihat wajah-wajah sumringah di antara mereka. Semoga ini pertanda bahwa kehidupan mereka di Hong Kong juga begitu. Setidaknya, musim dingin di sana akan tetap diisi dengan semangat menyala. Ini yang ingin saya temukan di komunitas penulis BMI nanti. 

Hong Kong, I'm coming.

Gate 10, bandara Juanda Surabaya, 07.30 WIB.

No comments: