Tuesday, February 12, 2013

MOGOK MENGAJAR DI AUSTRALIA


Ternyata guru mogok mengajar tidak hanya terjadi di Perancis, seperti cerita pak Rachmat Hidayat yang beredar di milis Ganesa. Di Australia, selama saya tinggal di Melbourne sejak September 2011 , Stopwork action bahkan sudah berkali-kali dilakukan. Waktu Ganta, anak saya yang pertama, masih di Year 10, beberapa kali sekolah diliburkan karena guru-gurunya ikut demo. Isu yang sedang diperjuangkan ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Bedanya, dulu Ganta saja yang libur, karena Adzra masih di Kindergarten, dan tidak terpengaruh. Sekarang, karena Adzra sudah di Prep Year, akhirnya juga ikut libur. Stopwork action pertama yang dilakukan di awal tahun ajaran 2013 ini direncanakan dilakukan pada hari Kamis, 14 Februari 2013 mendatang.
Informasi tentang Industrial action, terutama di negara bagian Victoria ini, saya peroleh lebih detil di Moreland Primary School Newsletter dan juga school portal Brunswick Secondary College. Isunya adalah gaji yang dikaitkan dengan jam kerja per minggu. Para guru menganggap bahwa selama ini mereka bekerja lebih dari 38 jam/minggu yang digaji oleh pemerintah. Tenaga dan perhatian ekstra itu berbentuk persiapan lesson plan, memeriksa tugas siswa, mengawasi kegiatan ekstra kurikuler di sekolah, dan pertemuan dengan orang tua/wali murid.
Setelah negosiasi selama berbulan-bulan, the Australian Education Union (AEU), di mana  guru-guru Moreland Primary School dan Brunswick Secondary College juga menjadi anggotanya, akhirnya memutuskan untuk melakukan Stopwork action dan larangan (ban) untuk bekerja di luar jumlah jam kerja yang dibayar. Menariknya, pemerintah Australia justru mengajukan aksi para guru ini ke Pengadilan Federal. Tuntutan para guru ternyata dijawab oleh pemerintah di bawah premier (gubernur) Ted Baillieu dengan anggapan bahwa para guru tidak perlu bekerja melebihi 38 jam/minggu.
Apa dampaknya bagi siswa? Melalui newsletter dan juga pertemuan dengan orang tua, pihak Moreland Primary School setidaknya memastikan bahwa mereka akan tetap bekerja sepenuh hati dalam persiapan proses belajar mengajar di luar jam mengajar. Namun kegiatan yang melibatkan siswa atau orang-tua akan dihapuskan/ditunda sampai ada penyelesaian masalah ini. Itu artinya, untuk sementara tidak ada lagi Twilight Sports program, di mana anak-anak latihan olahraga, School Camp yang biasanya diadakan pada saat musim gugur akan ditunda sampai ada kejelasan, dan Parent Teacher conferences juga hanya akan dilakukan dalam jam-jam sekolah. Dulu, acara ‘ambil rapot’ dan bertemu dengan masing-masing guru bisa dilakukan sampai lewat jam sekolah, bergantung appointment yang dilakukan orang-tua.
Dampak lain, yang tidak saya sukai adalah, deskripsi nilai rapot. Kalau dulu ada angka dan deskripsi detil untuk masing-masing mata pelajaran. Lha kok di rapot Ganta terakhir hanya bertengger range kemampuan siswa, Medium, expected level, atau beyond. 
Bagaimanapun, yang rugi sebenarnya adalah siswa, dan tentunya orang-tua. Kalau anak-anak harus libur misalnya, orang-tua yang bekerja harus cari cara bagaimana anak-anak tetap aman di rumah atau dititipkan secara casual di child care, terutama untuk anak-anak yang masih kecil. Sebagian besar anak juga merasa kehilangan kegiatan ekskul yang selama ini mereka nikmati. Itulah sebabnya, pihak sekolah juga memohon keterlibatan orang-tua untuk ‘memaksa’ pemerintah merevisi kebijakannya. Caranya adalah dengan ikut mengirimkan surat kepada pemerintah, dan menjelaskan bagaimana dampaknya terhadap anak-anak kita. Yang tahu persis bagaimana perubahan perilaku anak di rumah ketika kegiatan ekskul favorit dihapuskan adalah para orang-tua.
Asosiasi guru Australia memang punya gigi. Mereka tidak takut berhadapan dengan pemerintah yang selama ini membayar gaji mereka. Perlawanan ini bahkan muncul juga di iklan non-komersial di TV.  Ada adegan Kepala Sekolah yang sedang berbicara di telpon. Nampaknya dengan pihak pemerintah. Ibu Kasek menjelaskan bagaimana resahnya para guru dan orang-tua. Di luar, ada sepasang orang-tua berwajah risau. Mereka mengetuk pintu, ingin bertemu dengan Kasek. Iklan ditutup dengan dengan pernyataan Kasek di telpon, “that’s no way to treat teachers.”
Di mata para guru negara bagian Victoria, Ted Baillieu sudah melanggar janjinya. Menjadikan para guru Victoria bergaji tertinggi di seluruh Australia.  Seluruh sekolah tingkat SD dan SMP-SMA di Victoria akan diliburkan. Semua guru akan bergabung di rally sepanjang kota Melbourne dan beberapa titik lain. Pada Valentine’s Day esok, rally besar-besaran akan kembali digelar. Website AEU sudah dihiasi dengan slogan untuk rally:  SHOW US SOME HEART. NO LOVE FOR TED THIS VALENTINE’S DAY.
Saya yang harus putar otak, bagaimana Ganta bisa menjaga adiknya di rumah seharian dengan nyaman dan tenang. Lha saya sudah kadung pasang jadwal ikutworkshop di kampus. Hari Kamis esok adalah hari pertama saya nyemplung di kegiatan kampus, ndilalah kok ya ketiban dampak demo-nya guru!

No comments: