Thursday, March 14, 2013

Katulistiwa, Equinox, dan Daylight Saving

Pagi ini salah seorang sobatku, Much. Khoiri, mengirimkan catatan hariannya di milis Keluarga Unesa tentang pengalamannya di Pontianak. Emcho, begitu kami biasa memanggilnya, berada di kota katulistiwa dalam rangka tugasnya sebagai Tim IDB Unesa. Catatan hariannya juga  bisa dibaca di sini

Milis Ganesa memang salah satu 'rumah singgah' yang sering membuat penghuninya berlomba-lomba posting dan saling memberikan komentar. Pada akhirnya, ketrampilan menulis kami juga semakin terasah. Tulisan Emcho sendiri menggelitikku untuk mengulas sedikit tentang pengalamanku hidup di belahan bumi utara dan selatan, di mana Daylight Saving diberlakukan sebagai salah satu pengaruh dari Equinox


Kebetulan aku suka dengan hal-hal yang berbau geografi dan astronomi. Waktu SMP dulu, aku suka pinjam buku tentang Bumi dan antariksa di perpustakaan sekolah. Menikmati gambar konstelasi bintang yang indah, saat itu aku bermimpi ingin jadi ahli astronomi. Meski mbleset dan akhirnya jadi dosen, astronomi tetap bisa kunikmati lewat puisi Chaucer, penyair Inggris jaman medieval (alasan.com).

Omong-omong tentang equinox, dulu aku pikir daylight saving ditetapkan pas dengan equinox (20/21 Maret dan 22/23 September). Penduduk Indonesia sih gak terlalu terpengaruh banget, perbedaan panjang siang dan malam tidak pernah terasa jauh berbeda. Sepertinya sama-sama 12 jam saja.

Aku mengalami daylight saving untuk pertama kalinya ketika tinggal di Texas dulu. Pada saat autumn, jarum jam diundurkan 1 jam, dan pada saat spring, jam ditambah/dipercepat 1 jam ke depan. Dan ternyata daylight saving dimulai/diakhiri bukan pada saat equinox, tapi di awali di bulan Maret dan diakhiri di November, dengan tanggal yang sedikit bergeser tiap tahunnya. 

Sekarang karena aku berada di belahan bumi selatan, yang terjadi adalah sebaliknya. Daylight saving akan berakhir di bulan April (7 April 2013) dan dimulai lagi tanggal 6 Oktober 2013. Kadang masih bingung apakah jarum jam harus dipercepat atau diperlambat? Cari-cari di internet, nemu kuncinya, yakni: Fall Back and Spring Ahead. Artinya, kalau fall/autumn season, jamnya diundurkan, kalau spring, jamnya ditambah.  

                                                                    (courtesy: google image)

Saat ini secara resmi sudah masuk autumn di Australia, meski beberapa hari terakhir masih panas mlethek. Tapi hari ini dan mudah-mudahan hari-hari ke depan sudah mulai terasa semilir sejuk anginnya. Yang sudah mulai terasa beda adalah jatuhnya waktu shalat. Adzan Shubuh baru menjelang pukul 6 pagi, dan matahari terbit sekitar 7.15. Enaknya, kalau mau bangun malam masih bisa sekitar jam 4-5 pagi. Maghrib juga sudah mulai lebih cepat, yakni hampir pukul 8 malam. Beda dengan 1 bulan yang lalu, ketika harus menunggu lebih dari pukul 8.30-an untuk shalat Maghrib, apalagi Isya yang baru masuk lewat pukul 10 malam. Nunggunya sampai ngantuk-ngantuk. 

Tanggal 7 April besok, ketika Daylight Saving berakhir, jarum jam akan dikurangi 1 jam. Dengan demikian waktu Maghrib terasa lebih cepat, sekitar pukul 7 malam. Saat bulan Ramadhan nanti, insya Allah akan pas winter, sehingga siang akan terasa lebih cepat berlalu. Sahur pukul 6 pagi, dan buka puasa kurang dari pukul 6 sore. 

Kalau diberi berkah oleh Allah seperti ini, maka nikmat mana lagi yang akan kamu dustakan?

No comments: