Tuesday, November 12, 2013

Bagai Guyuran Air Segar di Hari yang Panas

Senin kemarin begitu banyak postingan inspiratif yang dikirim teman-teman miliser Keluarga Unesa. Betul-betul menjadi penyemangat untuk memulai hari. Tidak ada yang jadi favorit saya, karena saya suka semuanya. Apalagi dalam kondisi kesehatan yang naik turun karena kemo seperti ini, semua kalimat yang inspiratif terasa seperti guyuran air segar di hari yang panas. 

Saya jadi ikut berbagi cerita juga. Kemarin sore komunitas Pengajian Aisyah kami berkesempatan mendengarkan tausiyah Ustadz muda Salim Al Fillah. Dik ustadz, begitu beberapa dari kami memanggilnya, sebenarnya datang ke Melbourne atas undangan IMCV (Indonesian Muslim Community in Victoria), dalam rangka grand launching program Kamus Iman (Kajian Muslimah Ilmu, Amal, dan  Nasihah) dari Surau Kita (SK). SK sendiri adalah salah satu dari 3 masjid Indonesia yang ada di kawasan Melbourne, juga masjid yang paling dekat lokasinya dengan komunitas mahasiswa Indonesia di kampus-kampus kota Melbourne. Acara ini sendiri terselenggara di KJRI Melbourne, tepat pada hari Pahlawan kemarin. Mungkin banyak yang sudah tahu bahwa Ustadz Salim A. Fillah dikenal sebagai penulis muda yang amat bagus dalam memadukan dalil dengan kisah, normah dengan hikmah, dan membingkainya dalam nuansa sastra yang kental. 

Seperti yang sudah-sudah, kehadiran seorang ustadz di komunitas kami tak urung membuat berbagai komunitas pengajian juga ingin mengadakan 'kumpul-kumpul.' Kami pernah melakukan hal yang sama, nyelipkan waktu tausiyah di luar acara inti, saat ustadz Felix Siauw, AA Gym, dan Hepi Basthoni datang ke Melbourne. Dengan persiapan singkat dan rapat a la Whatsapp, Pengajian Aisyah sukses mendapatkan jatah di sela-sela waktu tausiyah di komunitas yang lain. Kadang kami adakan di Surau Kita, Brunswick Neighbourhood House, semacam balai RW di Warr Park, atau sekalian di taman terbuka. 

Nah, kali ini, dalam cuaca yang lagi berangin dan dingin lumayan menusuk tulang, kami berkumpul di Warr Park, taman yang paling dekat dengan tempat tinggal sebagian dari kami di seputaran Brunswick. Pukul 4 sore, teman-teman sudah mulai barbeque-an, membakar ayam, lamb chops, dan sosis di BBQ pit, serta menata makanan. Kami memang terbiasa mengadakan acara dengan model pot luck alias plate to share. Jadi menunya tinggal dipas-paskan saja. Anak-anak kami sudah lepas bermain di playground. Janjiannya memang begitu, sepulang sekolah, semua digiring ke Warr Park.  Ada sekitar 30-an teman yang berada di sana, ketika saya nongol sebentar untuk mengantar bihun goreng. Pastinya masakan ibu saya. Badan masih pucat dan ngleyang, jadi teman-teman minta saya pulang dulu. Biar gak kena angin dan gerimis yang sesekali turun. Nanti kalau dik ustadz sudah datang. saya akan di sms. Warr Park memang cuma 1 menit dari apartemen saya. 

Sekitar pukul 5 sore, saya kembali ke Warr Park. Ibu dan Bapak ikut serta, sementara Adzra sudah sejak tadi bermain di playground, dan Ganta langsung belok ke taman begitu pulang sekolah. Mas Prapto tidak ikut karena sedang bekerja. Kami semua duduk di atas tikar, di bawah pohon, dempet-dempetan supaya hangat. Sambil menyembunyikan tangan di jaket atau menutupi sebagian kepala di dalam hoodie.

                                           Courtesy: Diana Setiyawati

Selama kurang lebih 1,5 jam, dik Ustadz mengantarkan tausiyah yang menyentuh, melalui kisah-kisah Nabi Ibrahim AS dan Nabi Yunus AS. Salah satu point yang benar-benar nempel di hati saya adalah bahwasanya hidup kita ini sederhana saja polanya. Dimulai dari karunia atas penciptaan Allah, yang membuat manusia lebih sempurna dan lebih tinggi derajatnya daripada ciptaan Allah yang lain seperti binatang misalnya. Orang yang pesek dan hitam legam kulitnya pasti akan lebih dipilih daripada orang utan paling ganteng sekalipun (meski belum pernah tahu kayak apa gantengnya, hehe). Namun karunia atas penciptaan Allah ini haruslah selalu disertai dengan hidayah. Tanpa itu, manusia justru akan lebih rendah daripada binatang. 

Jadi tugas kita di atas bumi ini adalah senantiasa memohon petunjuk jalan yang lurus, di manapun kita berada. Memohon untuk dibaguskan akhlak kita, sebagaimana bagusnya penciptaan atas diri kita. Sebagaimana ayat 'ihdinas shirathal mustaqim' yang kita baca 17 kali dalam satu hari di shalat fardhu. Namun ayat ini sering dimaknai keliru juga. Dikira jalan yang lurus adalah jalan yang 'lempeng,' tanpa kelokan, atau bahkan bebas hambatan. Padahal sejatinya malah penuh dengan lika-liku, onak duri sepanjang perjalanan, sarat dengan hijrah dan gejolak, sebagaimana ibrah Nabi Ibrahim AS. 

Kisah ritual Sa'i merefleksikan pencarian yang dilakukan Siti Hajar dari bukit Shofa dan Marwah, dan berujung pada ditemukannya pancaran air zamzam di kaki bayi Ismail. Ritual ini juga perlu dimaknai lebih dalam dalam kehidupan kita. Bahwasanya tugas kita adalah berupaya sekuat tenaga, melakoni pekerjaan sebagai ibadah, dan memberikan hasil yang melebihi pemberi pekerjaan. Kalau dalam bahasa kita sekarang, mungkin pancaran air zamzam di kaki Ismail bisa diungkapkan dengan 'ealah, njekethek nang kene banyune.' Tapi kita tidak tahu kapan dan bagaimana hasil dari upaya kita, kecuali semua atas kehendak Allah. Yang penting 'put all efforts and pray a lot' (kalau ini bahasanya mbak Ikit di postingan kapan dulu. Saya tempelkan di pintu kamar untuk constant reminder).

Bagaimana doa yang bagus agar dikabulkan oleh Allah? Setiap doa punya implikasi yang berbeda, seperti kata mas Satria di postingan sebelumnya. Ada kisah menarik yang diungkap oleh ustdz Salim. Ada seseorang yang berdoa seperti ini, 'Ya Allah, berikan aku rizki yang cukup saja, dua potong roti, segelas air, dan makanan yang cukup saja, agar aku tidak perlu bekerja, dan aku bisa lebih khusyuk beribadah padaMu.' Ternyata doa ini dikabulkan dengan cara yang tak terduga. Sang sahabat tadi kena fitnah dan masuk penjara. Maka dia dapat jatah makanan gratis tanpa harus bekerja. Lha ini membuatkan 'protes,' kok jadi begini? Ada juga teman ustadz yang berdoa agar dibersihkan hidupnya dari rizki yang tidak barokah. Doanya dipanjatkan kalau tidak salah saat umroh. Begitu pulang umroh, mobilnya hilang, dan seorang teman bisnis meninggalkannya. Komentar teman tadi, 'Ya Allah, ternyata banyak rizki saya yang tidak barokah (sambil tepuk jidat).'

Allah Maha Kaya, Maha Mengetahui. Sementara ilmu manusia amat sangat super duper terbatas. Salah satu doa yang baik adalah doa istikharah, yakni memohon pilihan yang baik sesuai dengan ilmu Allah. Karena kita tidak tahu apa-apa atas apa yang sedang dan yang akan terjadi pada kita. Tentu saja juga doa-doa mustajab yang lain, misalnya doa Nabi Yunus AS ketika berada di dalam perut ikan paus. Doa yang bagus dilafalkan terutama pada saat menemui kesulitan. "la ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazzalimiin - tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang yang zalim." Saya ndredeg mengingat saat pertama kali kenal doa ini berpuluh-puluh tahun yang lalu. Secara tak terduga, saya mengetahuinya justru dari seseorang yang menurut saya berniat merusak hidup saya. Itulah yang menyadarkan saya bahwa selalu ada hikmah dalam setiap cobaan dan musibah There are always good things even in terrible situations. 



Saya bersyukur sekali bisa menyempatkan diri mendengarkan tausiyah sore kemarin. Cuaca dan kondisi kesehatan yang kurang mendukung tidak menghalangi keinginan untuk mengasah mata hati. Postingan teman-teman di milis ikut berperan membulatkan tekad, melangkahkan kaki, mencari barakah, mensyukuri segala nikmat Allah. Barakallah.


No comments: