Akhirnya keturutan juga nonton Ganta manggung. Bermain musik. Sudah beberapa kali Ganta terlibat dalam acara musik di sekolah, waktunya tidak pas buat saya duduk di antara penonton.
Tadi malam menjelang pukul 18.30, setelah maghrib, kami berempat, mas Prapto, aku, Ganta, dan Adzra berangkat menuju Mooney Valley Clocktower Centre. Malam ini adalah gelar Brunswick Secondary College (BSC) Music Concert 2013. Ini adalah acara tahunan sekolah Ganta, dan diadakan di gedung teater terdekat. Cuma 10 menit dari sekolah.
Sebagai acara rutin, konser musik ini adalah ajang unjuk kemampuan para siswa dan guru di Music Department. Siswa yang mengambil mata pelajaran Music dan mereka yang ikut ekskul musik ikut ambil bagian.Mulai yang ekskul alat instrumental sampai olah suara. Mulai siswa year 7 sampai year 12. Sebagaimana umumnya di Australia, Secondary College memang tingkat sekolah SMP dan SMA dalam satu lokasi.
Ganta sendiri ada di kelompok VCE Unit 2 Rock Band. Kelompok siswa dari kelas 11 yang mengambil mapel Music sebagai bagian dari VCE (Unas) nanti. Selain Ganta, ada 2 siswa Indonesia yang juga ikut tampil. Saskia, year 7, dan Sarah, year 10. Mereka berdua tergabung di Brunswick Voice, kelompok paduan suara. Secara kebetulan juga, kami bertetangga satu area, dan para bapaknya satu tim kerja di restoran di kampus Unimelb.
Sebagai sebuah konser musik tingkat sekolah, acara ini layak diacungi jempol dari sisi program yang ditampilkan. Nampak sekali bahwa sekolah memberikan perhatian tinggi pada pengembangan bakat dan kemampuan musik. Ada 14 penampilan yang kami nikmati selama 1.5 jam. Semua genre musik terwakili. Ensemble berbagai alat musik bisa dinikmati.
Acara dibuka dengan concert band yang memainkan musik rancak a la Mexico. Lengkap dengan sombrero yang bertengger di kepala para pemain di baris belakang. Diikuti dengan permainan piano solo yang ciamik soro. Pianisnya, Lulu Tian, nampaknya anak Vietnam, memainkan satu komposisi Chopin. Saya bisa menikmati musik klasik, meski sampai mengenal detil komposisinya. Dan Lulu memainkan tuts piano sambil meliuk-liukkan badannya, mengikuti irama yang bergerak dari lembut sampai cepat sekali. Para penonton seperti dibius karenanya. Sang pianisnya sendiri sudah mulai dapat banyak tanggapan dari luar sekolah karena kepiawaiannya.
Kelompok suara diwakili oleh Brunswick Voice dan Vocal Solo, serta grup A capella. Kelompok suara ini banyak menampilkan lagu-lagu pop kontemporer yang cukup ramah di teliga audience. Dari kelompok instrumental, permainannya sedikit berat, kecuali guitar solo yang membawakan nada Can You Feel the Love tonight-nya Elton John. Yang lain adalah musik klasik lewat piano solo oleh Lulu, aliran jazz diusung oleh Saxophone Quintet dan Jazz Combo. Ada juga String ensemble, di mana semua alat musik petik (gitar, bass, cello, biola) memainkan musik swing jazz.
Aliran rock menjadi jatah siswa kelas 11 dan 12. Masing-masing kelompok VCE ini memiliki rock band. Kelompok Ganta, Year 11 Rock Band, membawakan Can't Stop dari Red Hot Chilli Pepper. Cassie dan Larrisa, personil perempuan, menjadi vokalis. Ganta membetot bas listrik, dan menjadi back vocalist. Tristan, yang sebelumnya bermain gitar solo, kembali tampil bersama kelompok. Dibantu dua personil lain memegang keyboard dan drum.
Year 12 Rock Band tampil dengan dua lagu, sekaligus sebagai penampilan terakhir bagi mereka di ajang musik sekolah. Tahun ini mereka akan Unas, dan komposisi yang ditampilkan adalah bagian dari persiapan mereka untuk final assessment di term 4 nanti.
Yang menarik di konser ini adalah penampilan para guru musik di BSC. Selain tampil secara terpisah sebagai conductor di konser, atau menjadi salah satu pemain musik dan penyanyi di penampilan lain, para guru juga tampil bersama. Lili, guru vokal, menjadi vokalis, dan 8 guru lainnya masing-masing memegang alat musik. Lengkap, mulai trumpet, seruling, saxophone, gitar, bas, drum, dan keyboard. Tentu saja penampilan para guru ini amat berkelas. Dari biodata yang tercantum di booklet acara, kesembilan guru musik di BSC ini tidak hanya menyandang gelar akademik di bidang musik. Semuanya memiliki pengalaman manggung yang matang di berbagai festival, selain juga ada yang berkarir rekaman musik di jalur indie.
Penampilan percussion ensemble yang amat rancak dan eksotis menjadi penutup acara. Tapi bagi telinga orang Indonesia seperti saya, ensemble ini lebih suka saya sebut sebagai permainan berbagai jenis gendang, ketipung, dan musik bambu. Suara yang dihasilkan berhasil membuat saya melayang ke kampung halaman. Mengingatkan pada kothekan musik bambu menjelang sahur di jaman kecil saya dulu. Serasa menghadirkan tabuhan gendang a la Dayak atau mungkin Papua.
Secara keseluruhan, acara konser musik sekolah ini patur diacungi jempol dari banyak sisi. Penampilan musik tiap kelompok yang apik menunjukkan hasil pembelajaran yang cukup lama. Mungkin ada kelompok yang baru intensif latihan seperti grup A capella. Penampilan ini adalah debut mereka. Namun personilnya adalah para penyanyi handal dari Music Dept, termasuk salah satunya, Lili, sang guru vokal.
Dari segi penyelenggaraan, konser ini amat sangat efisien. Jauh dari segi formalitas. Tidak ada pidato satupun. Yang bicara di panggung hanya MC, salah satu siswa senior. Saya lihat wakaseknya juga datang sebagai penonton. Masuk sama-sama menjelang acara. Acara berlangsung tepat waktu, dan buyar sesuai rencana pertunjukan 1,5 jam.
Jeda pergantian penampilan berlangsung hanya sekitar 1-2 menit. Pada saat lampu panggung dimatikan, pemain musik keluar panggung lewat sisi kanan, dan dari sisi kiri, tim pendukung naik panggung untuk mengemas properti, kemudian menggantinya dengan properti untuk penampilan berikutnya. Tanpa ada suara gaduh, glodakan, apalagi gojekan.
Bagaimana dengan penontonnya? Gedung teater yang tidak terlalu luas, dengan tempat duduk seperti di gedung bioskop, dipenuhi para orang-tua dan keluarga pemain musik. Lampu gedung dimatikan di sisi penonton sejak acara dibuka. Lighting hanya tertuju ke panggung. Dari awal acara hingga akhir, tidak ada suara bising orang ngobrol sama sekali. Bahkan suara handohone pun tak terdengar. Semua penonton khidmat menikmati musik yang ditampilkan. Tepuk tangan tentu saja membahana saat menjelang dan selesai tiap tampilan. Tak terlihat lampu kamera berkilatan. Sampai-sampai saya harus hati-hati mengambil video agar tidak mengganggu penonton di sebelah saya.
Dari segi kualitas musik, sebenarnya anak-anak Indonesia tidak kalah. Kan banyak yang bisa main musik lewat jalur otodidak. Namun yang patut dicatat dari konser ini adalah bahwa pendidikan di sini amat memperhatikan seni dan serius menanganinya. Tentu saja dukungan fasilitas juga tidak main-main. Didukung oleh tim guru yang amat mumpuni. Saya yakin para siswa banyak belajar tentang proses, yang melibatkan kerja keras, kedisiplinan, dan kerja sama. Apapun hasilnya kemudian, apresiasi sekolah dan orang-tua akan selalu menjadi penyemangat.
Saat perjalanan pulang, saya merangkul pundak Ganta. "Well-done, Gan. Ibu bangga deh lihat kamu. PD banget." Tidak heran gurunya pernah bilang saat rapotan, "Ganta is just adorable. Full of enthusiasm. He just never asks me enough."
Melihat Ganta berproses dengan minat musiknya di tempat yang tepat, saya berharap suatu saat pendidikan di tanah air juga akan ke arah yang sama. Sama halnya harapan saya untuk bidang-bidang lain yang selama ini terpinggirkan. Dengan demikian bidang sains, sosial, seni, bahasa, dan olahraga akan setara di mata masyarakat.
Oh ya, foto-foto konser sudah dipasang di website Brunswick Secondary College. Silakan menikmatinya di sini. Salah satunya ada pose Ganta lagi beraksi.
Oh ya, foto-foto konser sudah dipasang di website Brunswick Secondary College. Silakan menikmatinya di sini. Salah satunya ada pose Ganta lagi beraksi.
No comments:
Post a Comment