Tidak mudah menghadapi kenyataan bahwa setelah operasi dua minggu yang lalu, ternyata aku harus operasi lagi. Lebih radikal. Left-breast mastectomy. Namun tidak sampai membawaku ke kesedihan mendalam. Bagaimanapun, kemungkinan ini sudah sempat aku dan mas Prapto pertimbangkan sebelumnya. Semua adalah titipanNya. Dan sudah saatnya ikhlas melepasnya, sambil mensyukuri segala nikmat yang telah Allah berikan melaluinya.
Semuanya insya Allah yang terbaik, mengikuti ketetapan Allah buatku. Jadilah aku menginap lagi di Royal Women’s Hospital. Kali ini lebih lama. 3 hari 3 malam, sejak Rabu siang lalu. Dan hari ini, siang ini, kuhirup lagi suasana rumah. Yang dijaga rapi oleh suami dengan sangat baik. Laki-laki yang tak mengeluh mengambil sementara semua peranku. Dan tetap menyungging senyumnya, saat kubuka mataku di kamar RS.
Bila ada tangis, itu adalah keharuanku atas pengorbanannya buat kami. Sama sekali bukan karena aku kehilangan salah satu bagian yang pernah memberi keindahan jiwa raga. I’ll be forever grateful to have him.
Dan ketika aku menulis puisi ini, pendulumku sudah bergerak ke sisi kanan. Lebih kuat. Lebih segar. Lebih bugar. Insya Allah tetap tegar dan tersenyum mekar. And still the cheerful Tiwi everyone used to know.
Semoga bisa menjadi pengingat bagi semuanya, untuk selalu menjaga titipanNya.
I’M GOING SOLO NOW
Do you remember
how we’ve grown up together
spending five and two scores with her
We were sent to to her life
to witness a fruit becoming ripe
to help love growing wild
to see seeds nurtured and alive
Look at the kids now
and recall how
tiresome she would not allow
coz we took turns anyhow
Still get the tingling
sensation we’ve both been feeling
I reckon that’s the bonding
she would be grateful for God’s giving
But the time has arrived
for us to be parted
I’ll forever cherish what we’ve had
wishing better times lie ahead
We’ll go back to where we belong
For now dearest friend, so long
So go ahead, I will be strong
No comments:
Post a Comment