Tiga kali menjalani rawat inap di rumah sakit, aku jadi tahu bagaimana kualitas pelayanan yang patut diacungi jempol. Dua kali aku menginap di Royal Women's Hospital untuk operasi. Yang pertama pada pertengahan Juni 2013 untuk pengangkatan benjolan kanker di payudara kiri. Yang kedua dua minggu kemudian, kali ini mastectomy, atau pengangkatan payudara kiri secara menyeluruh. Yang ketiga ketiga kena efek dahsyat kemo pertama, sehingga harus transfusi darah di Royal Melbourne Hospital.
Pengalamanku saat operasi yang kedua dulu di Royal Women's Hospital, asuransiku, OSHC Allianz, sebenarnya cuma meng-cover shared bedroom. Setidaknya, begitu
panduannya. Pas selesai operasi, kok aku ditaruh ke ruang 1 bed saja. Karena
takut nombok (dah itung untung rugi, hehe), aku langsung tanya
Sue, breast care nurse, yang selama ini jadi pendamping. Dia bilang gak ada
bedanya. It's a public hospital. Mau kamar isi 1 atau 2, harganya sama.
Pokoknya mana yang kosong yang dipakai. Duh, di
Indonesia gak pernah aku nemui kebijakan kayak gini.
Beda lagi dengan cerita pas
masuk RS karena imun drop habis kemo 1 di pertengahan Agustus. Dalam 5 hari, aku pindah kamar sampai 4 kali. Yang pertama, isi 3 bed.
Begitu aku batuk-batuk, dikhawatirkan membawa infeksi, 1 jam kemudian langsung
dipindah ke ruang isolasi. Semua yang masuk pakai masker. Maklum, di Oncology
unit ini, pasien rawat inapnya punya isu dengan kemo atau treatment lain untuk
kasus kanker masing-masing. Begitu hasil tes menunjukkan bahwa aku tdk
membawa infeksi, besoknya dipindah lagi ke ruang 1 bed, tapi label at risk of
infection gak ada. Karena kondisi membaik, besoknya dipindah lagi ke ruang yang
pertama.
Ketika aku sudah
cukup sehat untuk diajak ngobrol, barulah petugas RS bagian finance mendatangi
aku di kamar. Bukan untuk memberikan tagihan. Tapi diskusi ttg kemungkinan
apakah asuransi akan cover semua biaya atau tidak. Bila ada out-of-pocket
expense, diberi opsi untuk bayar langsung atau cicilan. Terus aku diminta
tanda-tangan. Dah gitu aja.
Yang aku dan mas
Prapto heran, pas pulang dari RS, kok tidak ada ya daftar tagihan atau apapun
yang harus dilakukan. Ya udah ngeloyor aja. Asal dokter dah bilang boleh
pulang. Cuma pamit aja ke para perawat, say thank you. 'I'm leaving
today.'
Ada banyak hal
lain yang patut diapresiasi dari sistem pelayanan di sini. Saat kontrol habis
kemo kedua kapan dulu, dokterku bilang, bahwa setelah kemo berakhir di akhir
November nanti, akan disambung dengan radiotherapy. Tiap hari selama 6 minggu,
Wuik. Jadi selama Desember-Januari, tiap hari aku akan wira wiri ke lab. Dah
mikir dan tanya-tanya side effectnya juga.
Eh, 3 hari yang
lalu, aku ditelpon Sue. Tanya-tanya kondisiku pasca kemo 3. Saat itu aku dah
lumayan sehat, wong memang lagi makan bareng keluarga di resto Es Teler 77
dekat kampus. Dia memberi kabar bahwa tim dokter memutuskan untuk tidak
memberikan radiotherapy, karena diperkirakan tidak akan memberi manfaat buat
kasus jenis kankerku. Alhamdulillah. Temanku bilang, 'bagus banget ya.
Pengobatannya gak diada-adakan.'
Minggu ini
alhamdulillah kondisi sehat sekali. Dah bisa banyak jalan-jalan menemani
anak-anak liburan. Ke Melbourne Museum. Ke Tulip Festival. Besok anak-anak dah
mulai masuk sekolah. Aku berencana mulai nengok kampus lagi ah. Semoga tetap
bugar dan bisa produktif garap tesis lagi.
Tetap sehat
semua ya teman-teman, dan bisa lanjut berkarya di bidang masing-masing.
2 comments:
bu...
sekian lama jarang BW jadi gak tahu kabar. Dan begitu membaca ini..duh...
Semoga segera sehat selalu.
Halo Rie. Suwun sudah BW. Aku masih nengok tulisanmu dan postinganmu di FB juga kok. Kalau lagi sehat. Sekarang lagi cuti studi selama 2 bulan untuk treatment. Btw, ada kabar baik. Paperku tentang dunia blogging BMI itu diajak ikut dalam proyek penulisan buku. Nanti akan diedit oleh seorang profesor di Aussie. Aku akan ngrecoki kamu lagi ya Rie. Hope you don't mind!
Post a Comment