Kemarin pagi saya, mas Prapto, dan anak-anak niat jogging. Cuaca semakin enak buat olahraga pagi. Kami meluncur ke Edwardes Lake Park, sekitar 15 menit dari rumah. Adzra sudah sempat ngambek di dalam mobil. Dalam benaknya, jogging berarti lari-lari sejak dari rumah menuju ke seputaran kompleks, melewati rumah teman-temannya. Kalau bisa malah dolan.
Di area tempat kami tinggal, yakni di Brunswick, city of Moreland memang banyak taman. Tapi dasar suka keluyuran, taman-taman di kecamatan tetangga sering dijelajahi. Edwardes Lake Park sendiri terletak di city of Darebin. Kenapa juga disebut city, saya juga kadang bingung. Padahal jaraknya yang berdekatan bisa dibandingkan dengan jarak antara Karangpilang dengan Ketintang (ukuran Surabaya tanpa macet lho).
Sebagaimana kota-kota besar di negara-negara maju, taman kota adalah tempat di mana masyarakat bisa melakukan berbagai aktivitas bersama. Lahan yang luas, dengan pohon-pohon rindang dan rumput hijau, tempat bermain buat anak-anak, dan tak lupa BBQ-pit, adalah fasilitas yang cukup umum ditemui di semua taman. Taman-taman yang besar bahkan memiliki kolam, air mancur, danau kecil, atau anak kali (orang di sini menyebutnya creek) yang membelah taman. Benar-benar memberi suasana tenang. Enaknya lagi, semua fasilitas gratis.
Nah, yang membuat Edwardes Lake Park istimewa adalah karena adanya fasilitas outdoor fitness dan athletic track. Ini sesuai dengan komitemen dewan kota untuk mengajak masyarakat aktif secara fisik dan memanfaatkan keberadaan taman-taman lokal di Darebin. Di taman seluas 26 hektar ini tersedia peralatan fitness yang tersebar di 4 sudut.
Begitu melihat taman yang rindang dan luas, serta masih sepi, Ganta dan ayahnya langsung ke arah jogging track. Adzra yang sempat ngambek langsung belok ke playground. Main sebentar, saya dan Adzra kembali ke niat berolahraga. Tak jauh dari playground, ternyata peralatan fitness yang sudah terlihat dari kejauhan adalah bagian dari station 1: Stretching and Warm Up.
Gak pakai lama, saya dan Adzra langsung menjajal peralatan untuk peregangan otot, body twist, sit up, dan push up yang cukup enteng. Tak usah bingung dengan cara penggunaan alat, atau bahkan mencari trainer. Instruksi sudah tersedia dengan jelas, baik dalam bentuk procedure text maupun gambar. Kalau mau dikaitkan dengan literasi, inilah ciri pendidikan literasi yang nyata di masyarakat yang berbudaya tulis. Semua penjelasan diberikan secara detil, sehingga kita tidak perlu tanya orang lain. Yang pingin berolahraga juga tidak kemudian menjadi 'wegah' karena tidak tahu cara penggunaannya.
Setelah tubuh lumayan hangat dan lebih lentur, Adzra mulai tolah-toleh cari ayahnya. Kami menyusuri jalur pejalan kaki di sepanjang danau kecil, sambil sekalian mencari lokasi fitness di station 2 sesuai peta. Mengambil jalan naik ke bukit kecil, ternyata malah nemu athletic track. Ganta dan ayahnya sedang keliling lapangan di running track.
Saya takjub. Taman yang luas, hijau, bersih, dan gratis ini punya fasilitas olahraga yang ciamik. Athletic track-nya memiliki 6 jalur mulus. Garis batasnya jelas terawat. Lengkap dengan nomor track untuk kompetisi. Baik untuk lari jauh maupun sprint 50 meter. Di tengahnya ada arena untuk baseball kalau tidak salah. Di sisi kanan running track terdapat 2 area sandpits. Awalnya saya kira buat mainan pasir, ternyata baru sadar bahwa itu adalah arena lompat jauh, lengkap dengan garis untuk ancang-ancang lompatan.
Tergoda ingin mengukur kekuatan fisik setelah 'turun mesin' hampir 6 bulan, saya menjajal satu jalur di running track. Niatnya, harus bisa tuntas 1 lap saja tanpa berhenti. Entah kapan terakhir saya betul-betul berolahraga lari. Mas Prapto menyemangati, "Ayo dijajal ben gak gampang capek. Alon-alon ae." Ganta berlagak fotografer memotret ibunya yang mencoba mengatur nafas stabil.
Ternyata saya masih kuat berlari 1 lap tanpa berhenti, meski langkahnya belum bisa cepat seperti dulu. Saya dan Adzra juga menikmati berlompat jauh dan berguling-guling di pasir yang putih, bersih, dan kering.
Semakin siang, taman mulai lebih ramai dengan orang-orang ber-jogging atau sekedar jalan-jalan dengan anjingnya. Ada pemandangan menarik di depan kami. Dua orang perempuan, tua dan muda bersama anjing yang besar, juga berjalan di jalur pejalan kaki. Si ibu memegang tali kendali, dan anaknya (mungkin) memegang tas kresek, terlihat memungut sesuatu di jalur. Eh, ternyata dia mengambil kotoran anjingnya yang sempat ditinggal yang empunya di beberapa titik. Beberapa saat kemudian, dia membuang tas kresek ke tong sampah yang sedang dibawa petugas kebersihan. Saya jadi ingat film Minggu Pagi di Victoria Park. Titi Syuman memerankan Sekar, seorang TKW di Hong Kong. Terjerat hutang, dia akhirnya bekerja serabutan, dan salah satunya adalah menjadi 'pengasuh' anjing, dengan tugas mengajak jalan-jalan, dan konsekuensinya, memunguti kotoran yang tlecekan di jalan. Raut wajahnya yang terlipat menahan bau (dan derita) masih jelas di ingatan saya. Mungkin saja aktingnya yang natural ini yang membuat dia memenangkan kategori Aktris terbaik FFI 2011.
Puas di athletic track, kami berempat kembali menyusuri danau, menikmati bebek-bebek yang berjajar bak akan bersiap lomba berenang. Begitu ketemu station 2 untuk penguatan otot dan jantung, kami langsung menjajal peralatan fitness. Mulai alat untuk sit up, pull up, elliptical trainer yang seperti sepeda, dan juga alat untuk menguatkan lengan dengan cara menarik dua tuas di kiri dan kanan di atas kepala (entah apa itu namanya). Atau juga untuk menguatkan otot kaki. Asal saya masih kuat berdasarkan ukuran yang dijelasan di intruksi, yakni 5 - 20 kali, ya saya lakoni. Yang jelas badan jadi terasa bugar.
Bisa ke taman yang segar, hijau, dan luas, berolahraga, jalan-jalan, menikmati bebek-bebek di danau dan burung-burung yang makan biji-bijian, gratis lagi. Alhamdulillah, betapa nikmat dan murahnya sebenarnya cara kita menikmati hidup ini. Oftentimes, the best things in life are free.
2 comments:
terus aktiv berolahraga bu Tiwik, senang baca ceritanya.. semoga selalu sehat dan sukses risetnya. Slam buat keluarga..
terus aktiv berolahraga bu Tiwik, senang baca ceritanya.. semoga selalu sehat dan sukses risetnya. Slam buat keluarga..
Post a Comment