Perjalanan hidup manusia pada dasarnya mengikuti siklus atau tahap layaknya seorang pahlawan. Kan setiap orang pada hakikatnya adalah pahlawan dalam perjuangan hidup masing-masing. Konsep Monomyth yang diusung Joseph Campbell di bukunya The Hero with a Thousand Faces gamblang menggambarkan 12 tahap perjalanan seorang pahlawan.
Tengok saja perjalanan Wiro Sableng, Spiderman, Wonder Woman, atau pendeta Tong di kisah Sun Go Kong. Bila dibuat perbandingan, semua tokoh fiktif dan kehidupan nyata awalnya akan melalui tahap kehidupan normal yang serba nyaman, sebelum kemudian menemui tantangan atau cobaan hidup. Si tokoh akan berusaha menghindar dari tantangan karena banyak keraguan dan ketakutan akan terjadinya ini itu. Meskipun begitu, akhirnya si tokoh akan nyemplung juga di dunia petualangan. Wujudnya bisa macam-macam. Perjalanan mencari kitab suci a la pendeta Tong, upaya membuang cincin rame-rame lewat gunung terjal seperti yang dilakukan Frodo dan Sam, atau keputusan untuk studi S2/S3. Semuanya adalah bagian dari tahap Call to Adventure.
Biasanya keberanian muncul karena bertemu orang pintar tur wigati. Bahasa kerennya, ada peran the wise old man/woman. Kalau di kisah Wiro Sableng, sang guru Sito Gendeng bisa jadi adalah the wise old woman. Sementara itu, Frodo punya mbah Gandalf. Spiderman terpanggil menyelamatkan kota New York karena mengingat pesan almarhum pakdenya. With great power comes great responsibility.
Namanya petualangan pasti akan banyak rintangan dan musuh. Lihat saja peran the Green Goblin, the Joker, atau Rahwana. Mereka adalah the villain. Si antagonis. Tokoh semacam ini dibutuhkan agar sang protagonis dapat dinilai sebagai manusia yang baik hati dan tidak sombong. Layaknya oposisi biner. Warna putih jadi kelihatan jelas bila dijejerkan dengan warna gelap yang kontras. Dalam kenyataan, acapkali peran antagonis menempel pada diri sendiri. Hanya orang yang rutin melakukan refleksi diri yang dapat merunut sisi-sisi gelap dalam diri. Mungkin Anakin Skywalker tidak mampu berkontemplasi sehingga bertransformasi menjadi Darth Vader. Luke Skywalker, sang protagonis, harus berhadapan dengan ayah sendiri.
Dalam menjalani petualangan, sang pahlawan mungkin akan kalah dulu. Dia harus mundur sebentar untuk mengumpulkan kesaktian, sebelum kemudian balik lagi ke medan perang. Tantangan terkuat bisa saja ditemui di gua tergelap yang hanya bisa dicapai melalui sungai bawah tanah (dan tidak ada perahu untuk rafting), atau di laut terdalam. Untungnya Aquaman jago berenang (sayang tidak ikut olimpiade). Mas ganteng berotot kawat tulang besi ini hanya beda tipis dengan Gatotkaca, yang jago terbang, tapi tidak bisa menyelam. Aquaman menemukan trisula dewa Neptunus di gua Atlan. Tak seorangpun pernah lolos keluar sebelumnya.
Di moment ini, sang tokoh akan menghadapi ordeal, life-or-death crisis. Mahasiswa yang lagi menulis skripsi/tesis/disertasi mungkin mengalami tahap ordeal dalam bentuk revisi tiada henti yang dituntut dosen pembimbingnya, sementara masa studi semakin mepet. Dalam situasi krisis seperti ini, seringkali pandangan mahasiswa menjad kabur. Susah melihat apakah dosennya berubah peran menjadi the biggest enemy atau the wise old man/woman. (Hayoo yang suka ngrasani dosennya ngaku!)
Cobaan yang bisa membuat si tokoh sekarat ini pada akhirnya berhasil dilalui, dan membuahkan imbalan besar. Bisa harta karun, jadi raja, menemukan kitab terhebat di dunia persilatan, bertemu dengan seseorang yang amat dinanti, membawa ramuan awet muda, atau dapat meraih gelar PhD misalnya😉.
Nah, sang pahlawan sudah menyelesaikan misinya, dengan membawa ilmu kedigdayaan dan menjadi sosok yang sakti mandraguna. Maka saatnya untuk kembali ke dunia nyata (sebelumnya hanya fantasi???), dengan hati yang lebih bersih dan niat tulus untuk mengabdi kepada bangsa dan negara. Di dunia sastra dan mitologi, tahap ini kerap disebut sebagai tahap RETURN WITH THE ELIXIR (jadi ingat iklan obat batuk).
Jadi kalau Anda menemukan judul film ...RETURNS atau RETURN OF ..., siap-siap saja melihat apakah sang tokoh utama kembali dengan sifat yang lebih bijak dan menyejukkan hati. Menjadi qurrota a'yun bagi masyarakat. Jangan-jangan ini akal-akalan berbau kapitalisme produsernya yang berharap mencetak box office kembali.
Minggu lalu pas libur Imlek saya main ke Borobudur. Tahu nggak? Ternyata ada mitos yang belum pernah dikenal siapapun. Bukan tentang kisah hidup Sang Buddha, yang bisa dibaca melalui relief candi. Di salah satu tenda menjelang pintu keluar terpampang tulisan RETURN OF SARUNG. Mak deg! Kisah fenomenal apa lagi ini? Apakah sarung yang dipakai suami saya karena dia mengenakan celana pendek di atas lutut membawa misi besar daripada sekedar menutupi aurat (baca: lutut dan paha)? Sama halnya dengan pesona betis Ken Dedes yang bercahaya gara-gara jaritnya tersingkap dan membutakan mata hati Ken Arok.
Saya menengok ke belakang. Mencari suami saya. "Mas, sarunge wis dibalekno ta?😜
Kebraon, 9 Februari 2019
P.S. Mungkin perlu ada mahasiswa PKL di sana dan membantu membenahi penggunaan Bahasa Inggris di tempat wisata.
No comments:
Post a Comment